Pandangan orangtua zaman kuno jika akan sukses harus menjadi dokter, insinyur, akuntan, ahli komputer. Apa yang dianggap penting pada saat itu dikaitkan dengan otak kiri. Dominasi otak kiri merupakan hal yang berkaitan dengan data, logika dan fakta sebagai penentu kesuksesan.
Zaman telah berubah.
Semuanya berevolusi. Sukses atau anggapan bahwa dokter,insinyur,akuntan,ahli komputer menjadi
kunci kesuksesan telah bergeser. Katakan, seorang dokter, orang yang jago dalam mendiagnosis tidak lagi jadi acuan, tapi hanya dokter yang
dapat mengkomunikasikan kepada pasien apa yang dideritanya dan apa yang
diobatinya. Orang sering menyebut
sebagai “storytelling”. Di
perusahaan dimana para eksekutif
bertitel MBA makin banyak. Dulu mereka
ada pencetak kunci sukses di perusahaan .
Perusahaan menganggap mereka mampu menganalisa kondisi perusahaan dengan
angka. Namun, era telah berganti dan tak
lagi angka sebagai penentu kesuksesan . Faktor penentu telah berubah. Bukan hanya sebatas angka tetapi mereka yang
mampu menciptakan kreasi, kreativitas, inovasi dan empati sangat bermakna bagi
perusahaan itulah yang akan menjadi
kunci sukses masa kini. Dengan demikian terjadi pergeseran dari penggunaan otak
kiri menjadi penggunaan otak kanan.
Hal ini telah disadari oleh beberapa perusahaan
dimana CEO mengalami kegagalan merekrut orang yang hanya menggunakan otak kiri
saja. Kesalahan dari CEO itu disadari
karena orang hanya mencari solusi hanya dengan otak kiri artinya berdasarkan
logika dan angka. Hasilnya tak sesuai
dengan apa yang diperhitungkan karena angka dan logika bukan lagi solusi yang
benar. Jadi apa sebenarnya yang
diperlukan saat ini untuk solusi dan kesuksesan? CEO
memahami adanya perbedaan fungsi otak.
Kompetensi dari dan kemampuan transformasi hanya dapat dicetak jika
orang digerakkan oleh cara berpikir yang berbeda. Perbedaan ini tercipata jika kita berpikir tak berstruktur dimana
kita membutuhkan seorang storyteller ketimbang seorang mahir dalam angka ,hanya berpikir linier dan
logis saja.
Tren outsource otak kiri, dikatakan oleh Dan
Pik, “The future belongs to a very
different kind of person with a very different kind of mind”. Kinerja otak kiri seperti pencatatan,
komputerisasi dan input data dapat dilakukan oleh orang lain atau dalam bahasa
kerennya disebut “outsource”. Perusahaan
mudah mencari pengganti white collar
karena di luar sana banyak orang
mempunyai kemampuan yang sama. Yang
dibutuhkan saat ini adalah ide-ide
pembaharuaan, dapat membaca kebutuhan pelanggan, inspirasi, inovias. Dalam era teknologi sebentar lagi akan
berlalu, orang yang mempunyai pemahaman sosial konseptual tidak akan
meleset. Mereka bukan hanya jago dalam
konseptual tetapi juga storytelling atau
dapat mentransfer kepada bawahannya.
Inilah yang membawa dampak besar kepada perusahaan baik itu secara emosiional
maupun secara finansial.
Merajut koneksi dan simfoni otak. Jangan membatasi kerja otak kanan semata
hanya tercakup seni,drama,film dan musik.
Kita perlu memanfaatkan dan mengembangkan kinerjanya sehingga kita
memperoleh hasil yang maksimal. Cara
mengembangkan dengan membaca novel, agar pikiran kita tak terkotak-kota atau
bergari-garis , dengan demikian kita dapat menghubungkan garis disiplin ilmu
yang satu dengan yang lainnya.
Berinovasi, ide baru dan mengambil keputusan baru , diperankan oleh otak
kanan.
Belajar dari jagoan game yang memulai daya pikirnya
dengan kinerja otak kanan semenjak kecil.
Generasi milenial mengatakan “We no longer just want to have things; we
want cool things . We want weel-designed things. We want things with
meaning. Tantangannya adalh lakukan
senam otak kanan lebih banyak, mengasah empati dan sense of humor.
0 komentar :
Posting Komentar