Selasa, 12 Februari 2013


                                                              
           
                  Pandangan orangtua zaman kuno jika akan sukses harus menjadi dokter,  insinyur, akuntan, ahli komputer.  Apa yang  dianggap penting pada saat itu dikaitkan dengan otak kiri.  Dominasi otak kiri merupakan hal yang berkaitan dengan data, logika dan fakta sebagai penentu kesuksesan.

                Zaman telah berubah.   Semuanya berevolusi.   Sukses  atau anggapan bahwa  dokter,insinyur,akuntan,ahli komputer menjadi kunci kesuksesan telah bergeser. Katakan, seorang dokter,   orang yang jago dalam mendiagnosis  tidak lagi jadi acuan, tapi hanya dokter yang dapat mengkomunikasikan kepada pasien apa yang dideritanya dan apa yang diobatinya.  Orang sering menyebut sebagai “storytelling”.     Di perusahaan  dimana para eksekutif bertitel MBA makin banyak.  Dulu mereka ada pencetak kunci sukses di perusahaan .  Perusahaan menganggap mereka mampu menganalisa kondisi perusahaan dengan angka.  Namun, era telah berganti dan tak lagi angka sebagai penentu kesuksesan . Faktor penentu telah berubah.  Bukan hanya sebatas angka tetapi mereka yang mampu menciptakan kreasi, kreativitas, inovasi dan empati sangat bermakna bagi perusahaan  itulah yang akan menjadi kunci  sukses masa kini.   Dengan demikian  terjadi pergeseran dari penggunaan otak kiri  menjadi penggunaan otak kanan.

                Hal ini telah disadari oleh beberapa perusahaan dimana CEO mengalami kegagalan merekrut orang yang hanya menggunakan otak kiri saja.  Kesalahan dari CEO itu disadari karena orang hanya mencari solusi hanya dengan otak kiri artinya berdasarkan logika dan angka.   Hasilnya tak sesuai dengan apa yang diperhitungkan karena angka dan logika bukan lagi solusi yang benar.  Jadi apa sebenarnya yang diperlukan saat ini untuk solusi dan kesuksesan?   CEO  memahami adanya perbedaan fungsi otak.  Kompetensi dari dan kemampuan transformasi hanya dapat dicetak jika orang digerakkan oleh cara berpikir yang berbeda.  Perbedaan ini tercipata  jika kita berpikir tak berstruktur dimana kita membutuhkan seorang storyteller ketimbang seorang  mahir dalam angka ,hanya berpikir linier dan logis saja.

                Tren outsource otak kiri, dikatakan oleh Dan Pik,   “The future belongs to a very different kind of person with a very different kind of mind”.  Kinerja otak kiri seperti pencatatan, komputerisasi dan input data dapat dilakukan oleh orang lain atau dalam bahasa kerennya disebut “outsource”.    Perusahaan mudah mencari pengganti  white collar karena  di luar sana banyak orang mempunyai kemampuan yang sama.     Yang dibutuhkan saat ini adalah  ide-ide pembaharuaan, dapat membaca kebutuhan pelanggan, inspirasi, inovias.   Dalam era teknologi sebentar lagi akan berlalu, orang yang mempunyai pemahaman sosial konseptual tidak akan meleset.   Mereka bukan hanya jago dalam konseptual tetapi juga storytelling  atau dapat mentransfer  kepada bawahannya. Inilah yang membawa dampak besar kepada perusahaan baik itu secara emosiional maupun secara finansial.

                Merajut koneksi dan simfoni otak.   Jangan membatasi kerja otak kanan semata hanya tercakup seni,drama,film dan musik.   Kita perlu memanfaatkan dan mengembangkan kinerjanya sehingga kita memperoleh hasil yang maksimal.  Cara mengembangkan dengan membaca novel, agar pikiran kita tak terkotak-kota atau bergari-garis , dengan demikian kita dapat menghubungkan garis disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.  Berinovasi, ide baru dan mengambil keputusan baru , diperankan oleh otak kanan.

                Belajar dari jagoan game yang memulai daya pikirnya dengan kinerja otak kanan semenjak kecil.  Generasi milenial mengatakan “We no longer just want to have things; we want cool things . We want weel-designed things. We want things with meaning.  Tantangannya adalh lakukan senam otak kanan lebih banyak, mengasah empati dan sense of humor.

0 komentar :

Posting Komentar